Diskusi Kebudayaan DAC Bulan Februari 2025: Meneropong Dana Desa
Diskusi kebudayaan merupakan salah satu program rutin yang diprakarsai oleh Deli Art Community sejak tahun 2015. Untuk bulan Februari PTPN IV Regional 1 Medan memberi fasilitas berdiskusi yang diadakan pada hari Sabtu, 1 Februari 2025 di Ruang N4R1, 1 Jalan Sei Batanghari No. 2 Medan. Diskusi tersebut menghadirkan Jufri Antono, Kades Marendal dan Suparman, Ketua Asosiasi kepala Desa Indonesia (Apdesi) Sumut, Soekirman, mantan Bupati Serdang Bedagai, para akademisi, praktisi, jurnalis, pegiat dan pemerhati politik, sosial, hukum dan kebudayaan serta dari kalangan masyarakat biasa yang merupakan anggota dari Komunitas Deli Art.
“Saya turut senang dan merasa bangga karena perusahaan perkebunan negara seperti PTPN IV Regional 1 yang dulunya bernama PTPN III membuka diri dengan memberikan kesempatan kepada Deli Art Community untuk terus memperjuangkan aspirasi masyarakat melalui serangkaian diskusi yang sangat dalam dan mencerahkan setiap dua bulan sekali. Fasilitas dari perusahaan perkebunan ini semoga bisa menandai babak baru ruang keterbukaan dan tanggung jawab sosial itu dapat dirasakan masyarakat luas dalam bentuk yang berba,” kata Soekirman pada kesempatan itu usai diskusi.
Suparman dalam kesempatan yang sama mengucapkan terima kasih kepada Deli Art Community yang telah memprakarsai diskusi seputar permasalahan desa dan bagaimana menemukan pandangan-pandangan alternatif dari para akdemisi, praktisi dan pemerhati dalam diskusi yang sangat dalam dan hangat di diskusi kebudayaan itu, apalagi pada saat diskusi di bulan februari 2025 ini PTPN IV Regional 1 memberi fasilitas untuk berbagi pengetahuan, problem dan menemukan solusi alternatif.
“Dana desa yang telah digelontorkan oleh pemerintah acap berbuah masalah jika tidak mampu dikelola secara benar, tepat sasaran dan berada di tangan orang-orang yang memiliki kecakapan pengetahuan, administrasi dan mentalitas yang kuat dan teruji,” kata Iswan Kaputra, Direktur Bitra yang selama ini sangat intens meneliti beragam dinamika masyarakat pedesaan.
Diskusi selama hampir lebih dari dua jam tersebut sangat menarik, dalam dan mencoba menggali beragam permasalahan di desa di mana di Indonesia berdasarkan data dai Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui berjumlah 81616 desa. Dalam pertemuan itu, Soekirman mengatakan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2015 oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dengan mengukur perkembangan desa dari berbagai aspek seperti ketahanan sosial, ekologi dan ekonomi, namun desa-desa di Sumut masih jauh tertinggal dari desa-desa maju dan mandiri di Indonesia, katanya.
Yance, akademisi dari FISIP USU menyatakan dalam tulisan singkatnya bahwa di Indonesia, dalam kerangka melihat fenomena apa saja dan membaca berita dari berbagai media di Republik, ia merasa cemas dengan masa depan negara ini. Apa saja yang secara norma keilmuan berbagai disiplin ilmu dilarang dilakukan, namun di republik ini menjadi dibolehkan jika mengantongi surat izin. Misalnya membuat reklamasi di pantai yang ada muara sungai, jelas diharamkan oleh ilmu geomorfologi, oceanologi, geologi, hidrologi, tapi jika itu di republik maka menjadi boleh dilakukan asalkan memiliki surat ijin. Hal ini terlihat dari pernyataan para pejabat, reklamasi boleh dilanjutkan setelah mengurus surat ijin. Begitu juga dengan pembangunan pagar laut, membuka tambang terbuka di hutan lindung, mendirikan bangunan di lereng curam atau di bibir jurang, mendirikan bangunan di lokasi sempadan sungai, danau, pantai dan sebagainya. Surat ijin diperlakukan sebagai buldozer untuk menebas rambu, marka yang berfungsi sebagai pembatas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. “Jadi saya ragu, apakah kita akan mencapai Indonesia emas atau cemas?” katanya dengan masygul.
Dini Usman, Ketua Deli Art Community yang selalu gigih memperjuangkan terbentuknya forum-forum komunitas kritis di kota Medan melalui ruang-ruang diskusi terbuka senantiasa terus mendorong lahirnya orang-orang kritis yang dengan kesadaran dan komitmennya yang tulus untuk mendorong perubahan, tanpa ragu walau sekecil apapun bagi perubahan untuk Indonesia maju dan berkesadaran di masa depan.